Setelah 4 jenjang pendidikan Saya lalui dengan penuh suka dan duka, mulai dari TK. SD, SLTP dan SMK, kali ini Saya benar-benar istirahat total dari dunia pendidikan, Saat itu Saya hanya tinggal di rumah membatu Orang Tua, kebetulan dirumah buka bengkel, jadi Saya memutuskan untuk membantu Orang Tua, waktu itu tahun 1999 akhir sampai tahun 2002.
Memasuki tahun 2001, Saya bergabung dengan sebuah radio komunitas sebagai penyiar, tetapi prosesnya tidak berlangsung lama.
Sebenarnya Orang Tua punya niat untuk mendaftarkan Saya ke SPN (Sekolah Kepolisian Negara), tetapi karena waktu itu Negara dalam keadaan darurat setelah Almarhum Pak Harto mengundurkan diri dari jabatan sebagai Presiden RI dan digantikan oleh BJ. Habibie, Nuansa reformasi saat itu ada dimana-mana, demo besar-besaran tidak kalah hebatnya, sehingga dibawah kepemimpinan Pak Habibie sampai kepada awal Pemerintahan Ibu Mega, sama sekali tidak di buka pendaftaran untuk SPN.
Memasuki Pertengahan tahun 2002, kalau tidak salah sekitar bulan mei dibuka pendaftaran calon siswa SPN, Berbekal Ijazah dari SMK, Saya dan Orang Tua, berangkat ke Makassar untuk menemui seseorang yang katanya bisa meloloskan seseorang masuk ke SPN, waktu itu standar NEM menjadi salah satu persyaratan untuk diterima, setelah dihitung-hitung untuk NEM dengan standar rata-rata 3.00 sudah terpenuhi.
Sial, ketika usia Saya dihitung untuk batasan maksimal, ternyata sudah lewat, sebenarnya untuk bulan mei usia Saya belum melebihi batas maksimal, tetapi jika Saya dinyatakan lulus, pada saat memasuki masa pendidikan usia saya tetap melewati batas usia maksimal dan itu tidak boleh. Akhirnya si pengurus tadi menyarankan Untuk kuliah dulu sehingga nantinya bisa mendaftar melalui Sekolah Calon Perwira.
Akhirnya dengan sedikit kecewa kami pun pulang, setibanya dirumah dari Makassar, Saya di jemput oleh Ibu Saya di depan pintu, lalu ditanya bagaimana hasilnya?, kemudian Saya menjawab tidak bisa, sekilas Saya melihat raut wajah yang penuh kecewa dari Ibu Saya. Bagaimana tidak, Saya adalah harapan mereka, setelah kakak Saya yang pertama juga gagal untuk masuk Bintara, waktu itu masih ABRI, lalu kakak Saya yang kedua juga keburu kawin muda, waktu itu masih duduk di bangku kelas 2 SMU, sehingga praktis Saya adalah harapan satu-satunya. Perlu Anda ketahui bahwa Saya adalah Anak ke 4 dari dari 4 bersaudara, kakak pertama dan kedua laki-laki, dan kakak saya yang ketiga perempuan.
Dengan mempertimbangkan Saran dari si pengurus untuk kuliah dulu, akhirnya Orang tua kembali menawarkan untuk melanjutkan sekolah demi cita-cita mereka yang tertunda, menjadikan Saya seorang Polisi. Sebenarnya Saya sama sekali tidak punya niat untuk menjadi Sarjana sejak duduk dibangku SMK, pikiran Saya, selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, kuliah juga mengahabiskan waktu yang juga tidak sedikit.
Akhirnya dengan penuh pertimbangan yang cukup matang dan juga niat Orang tua yang begitu besar untuk melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi, Saya pun memutuskan untuk kuliah, dengan satu Syarat, Saya minta dibelikan pemancar Radio FM, mengingat waktu penerimaan Mahasiswa baru yang masih cukup lama, sekitar bulan Agustus dan juga kecintaan Saya dengan dunia Broadcasting begitu besar sehingga Saya sangat ingin memiliki Studio Radio.
Sambil menunggu penerimaan Mahasiswa baru, Saya pun kembali memulai aktivitas sebagai penyiar radio, meskipun radionya tidak resmi, tetapi karena Saya terlanjur cinta dengan dunia Broadcasnting, Saya pun menjalani semua itu apa adanya, disamping itu saya juga mendapat banyak teman baru, baik itu dari pendengar mau pun teman sebagai penyiar, Studionya pun Saya tempatkan di rumah.
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
usul bos jadilah anak yang berbakti kepada oang tua.....hehehe
usul bos! jadilah anak yang berbakti kepada orang tua ....hehehe
Posting Komentar